Minggu, 18 Maret 2012

Tidur Lelap dalam Keabadian Mimpi Indah




Malaikat Manis yang Tertidur Lelap

sadness, happiness, Isn’t something new in life. life is full of color, and it is part of the colors. Setidaknya setiap kesedihan dan kebahagiaan itu memiliki alasan-alasan tersendiri.

Aku memetik sebuah kisah sedih yang belum lama terjadi pada Sahabat manisku “Anita Yuniar” , yah itulah nama yang sudah akrab ditelingaku dan teman-teman lain yang menyayanginya dan sangat kehilangannya. Sebenarnya dia tidak menghilang, dia tetap hidup di hati kita, hanya saja betapa tingginya asa kita tatkala kita rindu ingin menatap langsung senyumnya, ingin mendengar suara manjanya, ingin menjabat tangannya, dan banyak ingin yang kini sudah tidak bisa lagi terulang.

Hari itu, tanggal 13 Maret 2012. Aku tersadar dari kantukku begitu suara adzan shubuh berkumandang dan suara getar Ponsel tanda pesan masuk, pesan itu datang dari Rara. Sekilas baris paling atas kubaca “Innalilahi……”, batinku langsung bergumam, “ ah…anak-anak ini rajin banget ya pagi-pagi sudah BM hoax “. Mataku menurun melirik pesan dibawahnya dari Shani dan isinya adalah pesan yang sama. Isi pesan itu;
“ Innalillahi Wa innailaihi roji’un. telah meninggal dunia teman kita Anita Yuniar, senin 11:30 malam. Mohon doanya semoga diampuni dosa-dosanya dan diterima di sisi-Nya, maafkan nita ya teman-teman “ Aku terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja kubaca. Singkat kata , hari itu juga aku bersama teman-teman ke rumah tempat “ Almarhum.Anita Yuniar” akan disemayamkan yakni di Desa Majenang Kec. Kedumpring – Lamongan. Karena kesibukan yang beragam kami datang tidak bersamaan.

Aku datang bersama Riska, disana kediamannya sudah tampak sepi dan hening karena waktu itu malam sudah larut. Tapi beberapa tikar masih terpasang rapi dan suasana duka masih begitu terasa kental. Ayah nita menyapa kami, beliau menyapa dengan penuh senyum dan semangat.
“ Ini yang terbaik buat mbak nita, saya ikhlas “ucapnya begitu kami telah duduk di atas tikar. Aku dan Riska mulai diam,hening,hikmat dan sesekali mengusap embun bening kami yang jatuh dengan sendirinya saat mendengar cerita Ayah nita.

“ Nita sempat bekerja satu bulan, setelah itu dia mulai mengeluh sakit kepala. Sempat diopname selama 18 hari. Kata Dokter ada peradangan di dalam otaknya. Jadi, Mbak nita harus melalu terapi obat dan injeksi secara rutin. Obat dan injeksi itu sebenarnya harus rutin di jalani, tapi begitu merasa sehat sedikit saja mbak nita sudah tidak mau lagi minum obat-obat itu. Nita sempat sehat, bahkan saat nenek dari ibunya yang di Pandaan meninggal, nita sempat ikut ke pandaan. Dari luar dia benar-benar tak terlihat sakit sama sekali. Sampai pada suatu hari, sakit kepala nita kambuh namun setiap akan dibawa ke dokter nita selalu memberontak. Dengan sabar ayah nita berusaha membujuk.
“ Mbak nita mau sembuh tidak?”
“capek yah” jawab nita lirih mengingat hampir sebagian tubuhnya kini sudah lumpuh akibat dari peradangan saraf otaknya.
“makanya ayo ke dokter nak”
“ nita capek yah” ungkap lirih nita lagi.
“kalo gitu makan ya nita”
“loh ayah ada dua”
“enak la’an nduk punya ayah dua”pikir ayah nita yang mengira nita bercanda. Begitu menyaksikan nita makan ayah nita begitu heran karena sendok yang seharusnya masuk dimulutnya justru mengarah pada hidungnya. Melihat hal itu ayahnya lantas segera meraih makanan dan sendok nita lantas menyuapinya dengan penuh kesabaran. Ayah nitapun merasa punya feeling yang pesismis atas kesembuhan nita, bahkan jauh hari sebelum nita kambuh dia sempat membahas perihal pemakaman, nita minta untuk dimakamkan di Kampung Halaman neneknya di Desa Majenang.

Melihat kondisi nita yang semakin memburuk. Ayah nita dengan sedikit memaksakan nita untuk berangkat ke dokter. Sampai di pintu mobil, nita sempat menahan diri agar tubuhnya / mengkakukan tubuhnya agar tidak bisa dimasukan ke mobil, namun dengan bantuan adik-adiknya akhirnya nita berhasil dibawa ke dokter, selama diperjalanan nita tak henti-hentinya mengeluh capek dan sakit pada tulang punggung atau belakangnya.

Dalam kondisi kritis nita masuk ruang ICU, semua anggota keluarga dilarang masuk ruang tersebut. Mungkin karena naluri seorang ayah yang begitu mencintai buah hatinya, meskipun jelas tidak diperbolehkan masuk ayah nita bersikeras masuk ruang ICU dengan alasan mengambil tempat makan yang tertinggal didalam, dokterpun mengijinkan beliau masuk. Melihat Nita yang terbaring takberdaya, Ayah nita dengan lirih berbisik di telinga nita.
“ nak ingat ya, mbak nita punya Tuhan namanya Allah. Mbak Nita juga punya Nabi namanya Muhammad. Jangan sampai lupa ya nak, Ayah ikhlas Mbak Nita Pergi, Ikhlas Nak “. Usai Ayah Nita mengakhiri kalimatnya seketika dengut nadi Nita berhenti, garis-garis dilayar yang sebelumnya bergelombangpun sudah nyaris lurus. Ya benar, Anita Yuniar sudah tertidur pulas untuk selamanya.

Innalilahi Wa’inna ilaihiroji’un
Selamat Jalan Anita
We always love you